Rabu, 27 Juli 2011

Pesta Pembangunan Gereja HKBP Bethania

     
PESTA PEMBANGUNAN GEREJA HKBP BETHANIA
RESORT DAME – DURI

I. PERSIAPAN PESTA

       Dengan mengucap syukur atas kasih karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja, yang senantiasa membimbing dan meneguhkan GerejaNya, sehingga Panitia Pesta Pembangunan Gereja HKBP BETHANIA Resort DAME -DURI, berhasil mengadakan Pesta pengumpulan dana untuk pembangunan Gereja. Terlaksananya Pesta tersebut tidak terlepas dari antusias dan kerja sama anggota jemaat, mulai dari awal pembentukan panitia Pesta Pembangunan hingga terlaksananya Pesta pada tanggal 28-29 Mei 2011.

Pembentukan Panita Pesta pembangunan diawali dengan Rapat Jemaat yang dipimpin Pdt.E.Hasugian, STh, selaku Uluan HKBP Bethania. Peran serta semua ruas sangat aktif dalam proses pemiliha Kepanitian tersebut, dengan harapan perubahan strategi dan tehnis pelaksanaan pesta.

Rapat tersebut memutuskan Panitia Pesta Pembangunan Gereja dan Jubileum 150 tahun HKBP sbb;

PELINDUNG

                         - Pdt J.Batubara, STh

PENANGGUNG JAWAB

                          - Pdt E. Hasugian, STh

                          - Para Sintua HBKP Bethania

                          - Sinaga Ketua Pembangunan

PANITIA PESTA
                          - Ketua : R. Situmorang

                          - Sekretaris : Monang JP Silaban

                          - Bendahara : Br Sinulingga

                          - Seksi Pendukung

       Dengan terbentuknya kepanitaan ini dengan diresmikan oleh Pdt. J. Batubara, STh selaku Pendeta Resort Dame pada tanggal 20 Pebruari 2011 langsung mengadakan rapat pertama. Pada rapat ini diagendakan pembagian fungsi dan tanggung jawab semua seksi, sehingga semua bekerla pada rulenya dengan saling mendukung. Kesepakatan rapat menentukan tanggal pelaksanaan pesta Pembangunan sekaligus Perayaan Jubileum 150 tahun untuk HKBP Bethania pada tangal 28-29 Mei 2011.

II. PELAKSANAAN PESTA

Pada tanggal 28 – 29 Mei 2011 tepat jam 15.00 WIB Acara Pembukaan dilaksanakan dengan acara ibadah dengan susunan pembawa ibadah sbb;

- Acara oleh Pdt E. Hasugian, STh ( Pendeta HKBP Bethania )

- Agenda oleh Pdt J. Batubara, STh ( Pendeta Resort Dame )

- Khotbah oleh Pdt. Drs. BDF Sidabutar, STh ( Praeses Distrik XXII Riau)

Detik – detik Pembukaan Acara Ibadah Pesta Pembangunan


        Dengan semoangat khotbah yang diberikan oleh Pendeta Drs. BDF Sidabutar, STh selaku Praeses Distrik XXII Riau, membuat keadaan sangat tentram dan nyaman semua umat yang mengikuti ibadah tersebut. TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam ( Mazmur 27;8) merupakan tema yang menjadi khotbah pada saat ibadah pembukaan pesta Pembangunan dan Jubileum HKBP 150 tahun untuk HKBPD Bethania. Umat HKBP berperan serta dalam program pemerintah untuk menigkatkan Iman dan Pembangunan anak Bangsa. HKBP harus mampu berdikari untuk membangun rumah Ibadah dengan strategi yang mulia, dimana pembangunan dari umat untuk kenyamanan umat beribadah. Walau diguyur hujan deras selama satu jam tapi semangat semua umat dan undangan tidak surut bahkan lebih bersemangat untuk memberikan sumbangun demi pembangunan rumah ibdah. Disamping sumbangan dari ruas serta undangan HKBP Bethania telah berhasil mengumpulkan dana sebelum pesta dimulai sebesar rp 35.000.000,- ( Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) yang bersumber dari Undangan perorangan, Proposal Pribadi atau Institusi dank kupon Door Price. Semangat semua ruas dan undangan yang berperan dalam pesta ini menunjukkan bahwa HKBP Bethania sudah dapat membangun rumah ibadah sendiri dengan program dan strategi positif. Langkah ini akan berkelanjutan ke program memperbesar Gereja dengan penambahan ke sisi kir dan kanan agar mampu menampung umat yang akan beribadah setiap Minggu dan kegiatan Ibadah resmi yang lainnya.

Semangat Ruas HKBP untuk perayaan Pesta Pembangunan


                       Acara Ibadah Perayaan Pesta Pembangunan Gereja HKBP Bethani
Resort Dame Duri


Pentas pelaksanaan pesta Pembangunan
            Untuk membuat suasana lebih menarik panitia pesta mendirikan pentas dengan warna warni yang menarik agar suasana lebih meriah dan musik yang berima kerohanian. Pada kesempatan kesempatan itu juga Praeses Distrik XXII Riau bapak Pdt. Drs. BDF Sidabutar, STh manortor untuk menggalang dana pembangunan, semakin membuat suasana semakin meriah dimana para undangan berlomba untuk menyumbang. Rasa ingin bersalaman dengan bapak Praeses terlihat dari raut wajah para undangan sehingga suasana ini sangat menguntungkan untuk penggalangan dana.

         Pelaksanaan yang meriah tentu akan berpengaruh positif terhadap tujuan pesta tersebut yaitu mengumpulkan dana untuk pembangunan Gereja, kemeriahan itu juga dapat kita lihat dari hasil yang didapat sebesar Rp. 159.239.499 dengan biaya yang keluar sebesar Rp . 23.037.000, dan pada saat penutupan pesta uang kontan yang sudah terkumpul sebesar Rp. 87.608.499.

         Dengan kondisi tersebut maka panitia pembangunan sudah dapat menjalankan program yang direncanakan dengan cepat, yaitu penambahan panjang bangunan sepanjang 7 meter kedepan.

III. PENUTUP

         Pelaksanaan pesta selama dua hari tersebut membuat para ruas dan undangan bersuka cita karena pada penghujung acara dilakukan pengundian hadiah utama yang telah ditunggu – tunggu. Bapak Pendeta Resort membacakan nomor kupon undian yang berhak mendapat hadiah utama ternyata seorang Naposo HKBP Bethania dengan rasa senang dan bangga menerima hadiah utama dan juga bersalaman dengan bapak Pendeta Resort. Kegembiraan ini akan membawa dampak yang positif untuk lebih mencintai Gereja dan dapat menajak genrasi yang muda untuk lebih banyak berkarya dan berbuat untuk membangun Rumah Ibadah tempat kita Memuliakan Tuhan Yesus Kristus seperti tema pesta tersebut.

         Berikut kami lampirkan juga photo lainnya pesta pembangunan Gereja HKBP Bethania Resort Dame.

Pdt. Resort Dame, Praeses Distrik XII Riau, St. Manurung
Doa Bersama malam sebelum pelaksanaan Pesta
Pdt HKBP Bethania, Ny Pdt Resot Dame, Ny Praeses Distrik XII Riau
Suasana Hening menjalankan Ibadah

TERIMAKASIH
Ditulis oleh :
Monang JP Silaban
Email : monang69@plasa.com
Blog : monangsilaban.blogspot.com

Selasa, 26 Juli 2011

PENANGGALAN LITURGI

MASA NATAL


ADVENT. Adventus (bahasa latin) =

'kedatangan' Istilah ini dulu kala dipakai umum dalam Imperium Romawi untuk kedatangan kaisar yang dianggap sebagai dewa, kemudian dipakai oleh pengikut-pengikut Kristus untuk menyatakan bahwa bagi mereka bukan kaisar, melainkan Kristus adalah Raja dan Tuhan. Masa Advent adalah masa persiapan sebelum Natal, yakni masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Kristus, sesuai dengan penantian Mesias oleh umat Israel yang terungkap dalam Alkitab Perjanjian Lama, juga sehubungan dengan kedatangan-Nya pada akhir zaman.

GAUDETE. Gaudete (bahasa latin) =

'bersukacitalah' (Plp.4:4) yang adalah kata pertama dari antifon (semacam refren) pada Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Advent III. Seluruh Hari Minggu itu diberi nama menurut kata pertama tersebut. Warna merah muda juga sesuai dengan sukacita itu: fajar menyingsing.

RORATE. Rorate caeli (bahasa latin) =

Teteskanlah, hai langit' (Yes. 45:8), sama seperti di atas: Kata-kata pertama dari antifon pada Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Advent IV. Warna Masa Advent: Tradisional gerejawi: ungu untuk Hari Minggu Advent I, II dan IV, merah muda (warna fajar) untuk Hari Minggu Advent III, Ada Gereja yang memakai warna biru ganti ungu, karena karakter Masa Advent tidak sama dengan karakter Masa Prapaska. Warna biru juga dihubungkan dengan Maria yang mewakili umat Israel dalam penantiannya akan kedatangan Mesias.



Advent I : Hari Minggu ke-4 sebelum Natal: biru (atau ungu)

Advent II : Hari Minggu ke-3 sebelum Natal: biru (atau ungu)

Advent III : Hari Minggu ke-2 sebelum Natal: merah muda (atau tetap biru/ungu)

Advent IV : Hari Minggu ke-1 sebelum Natal: biru (atau ungu)



NATAL.

Kata Portugis Natal ini berasal dari bahasa Latin Natalis, yakni Dies Natalis, yang berarti Hari Lahir. Masyarakat pra-kristiani dalam Imperium Romawi dahulu menggunakan istilah ini untuk Kelahiran dewa Sang Surya, lengkapnya dies natalis invicti: hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan. Pengertiannya dihubungkan pula dengan penyembahan kaisar sebagai dewa seperti matahari. Kaisar (abad ke-3) menetapkan perayaannya pada 25 Desember, demi kehormatannya sendiri sebagai 'tuhan'. Hari ini kemudian 'dikristianisasi’ sebagai Dies Natalis Yesus Kristus sebagai Matahari Kebenaran, Terang dunia yang sebenarnya, Raja alam semesta, Tuhan yang sang-gup turun dari takhta-Nya. Ada juga perhitungan tanggal kelahiran Yesus yang bertitik tolak dari Lukas 1:26. Jikalau Tahun Baru Yahudi (awal bulan Tisyri) jatuh pada sekitar awal Oktober, maka bulan keenam jatuh sekitar bulan Maret. Apabila malaikat Gabriel datang kepada Maria pada akhir bulan keenam itu, maka akhir Desember (menurut kalender kita) adalah 9 bulan sesudahnya. Namun, menurut kalender Yahudi, bulan keenam juga dapat dihi-tung dari Paska, sehingga kelahiran Yesus terjadi pada musim panas dan kandang di Betlehem sedang kosong karena domba-domba bisa bermalam di alam terbuka.

EFIFANIA. Bahasa Yunani Epifaneia =

penampakan, khususnya penampakkan Kaisar atau patungnya sebagai dewa pada puncak manifestasi di stadion atau amfiteater (tempat tontonan besar untuk rakyat). Umat Kristiani pertama tidak mengakui kaisar, melainkan Yang Tersalib sebagai Tuhan. Istilah 'Epifania' tetap mereka pakai untuk per-ingatan kedatangan (Penampakan, penyataan tampil-Nya) Sang Juruselamat yang bernama Yesus. Tematik Epifania lebih luas dari hanya kelahiran-Nya: kedatangan Terang dunia, penyembahan oleh orang majus, pembaptisan Yesus oleh Yohanes (dengan suara dari atas: 'Inilah Anak-Ku'). Dirayakan pada 6/7 Januari (atau pada Hari Minggu terdekat), mula-mula khususnya di bagian Timur Imperium Romawi, kemudian juga di bagian Barat (sejarahnya lebih lama daripada perayaan Natal).

SUB OKTAF NATAL.

Kadang-kadang ada Hari Minggu di antara 25 Desember dan 1 Januari, sehingga jatuh pada suatu tanggal sebelum 'Oktaf Natal' (lihat keterangan di bawah ini). 'Sub Oktaf berarti 'di bawah oktaf.

OKTAF NATAL.

Hari ke-8 sesudah 25 Desember, tepat pada Januari. Lebih penting dari Tahun Baru' menurut Tahun Sipil' adalah Nama 'Yesus' yang diberi kepada-Nya pada saat la disunat satu minggu sesudah la lahir (Lukas 2:21). Warna Masa Natal dan Eepifania: putih.

MASA PASKA

Istilah Pasca, bahasa Portugis, dikembangkan melalui bahasa Latin dan Yunani dari kata Ibrani Pesakh, yang berarti 'lewat'. Yang lewat adalah malaikat maut, yang dilewati adalah maut sendiri (lambangnya ialah penyeberangan Laut Tiberau dan Sungai Yordan). Huruf terakhir dari kata Ibrani Pesakh kemudian dalam bahasa Yunani pindah ke tengah: Paskha, sehingga dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis: Paska, (tanpa h di ujung). Paska Kristus (lewat kematian) adalah konsekuensi pengertian Paska dari Kitab-kitab Perjajian Lama (bnd. Luk. 24:44-45). Paska adalah dasar eksis-tensi. Gereja dan seyogianya dirayakan lebih intensif daripada Hari Natal.

PRAPASKA.

Masa persiapan sebelum Paska. Ada yang memulainya dengan Septu-agesima, yakni pada Hari ke-9 sebelum Paska. Lebih umum adalah Masa 40 hari sebagai masa persiapan, mulai dengan Rabu Abu. Ada juga yang memulai Masa Prapaska dengan hari ke-50 sebelum Paska, sehingga seluruh siklus Paska menj'adi '100 Hari1 (sebenarnya 100-1 =99 hari).

SEPTUAGESIMA.

Kata Latin Septuagesima berarti 'yang ke-70'. Angka 70 itu tidak me-nunjukkan hari ke-70 sebelum Paska, tetapi melambangkan ke-70 bangsa di dunia (kej. .10) serta ke-70 tahun masa pembuangan di negeri Babel (2Taw. 36:21; Yer. 25:11,12)



SEXAGESIMA.

Kata Latin sexagesima berarti 'yang ke-60'. Ini hanya nama saja, sama seperti 'yang ke-70' tadi bukan perhitungan tepat dari hari kesekian sebelum Paska.



QUINQUAGESIMA.

Kata Latin Quinqagesima berarti 'yang ke-50". Inilah perhitungan tepat hari ke-50 sebelum Paska, sama seperti Pentakosta (bahasa Yunani) adalah yang ke-50 sesudah Paska.

ESTO MIHI. Kata Latin Esto Mihi =

'Jadilah bagiku' (Mzm. 31:3b). yakni kata pertama antifon (refren) Mazmur Pembukaan, apabila Hari Minggu ke-7 sebelum Paska (Quinguagesima) memakai tematik penampilan Yesus dalam kemuliaan di atas gunung (sebagaimana berlaku menurut penanggalan Tahun Liturgi sebelum Konsili Trente pada abad ke-16).



Warna bagi ketiga Hari Minggu ini: Hijau (meneruskan warna Masa Biasa sesudah Epifania); namun ada juga tradisi yang sudah mulai memakai warna ungu di sini. Dewasa ini pada umumnya tidak dipakai lagi Septuagesima dan Sexagesima (sehingga juga warna ungu tidak berlaku lagi di sini. Dalam tradisi Lutheran Hari Minggu Quinguagesima tetap dipertahankan dengan nama tradisionalnya Esto mihi, yakni sebagai titik peralihan, menurut cerita Injil, dari perjalanan Yesus di Galilea kepada perjalanan-Nya ke Yerusalem, yang ditandai oleh kisah tentang Yesus yang tampak da-lam kemuliaan di atas gunung bersama-sama dengan Musa dan Elia (suara dari atas: 'Inilah Anak yang Kukasihi'). Jika itu berlaku sebagai tematik untuk Hari Minggu ke-7 ini sebelum Paska (yakni tepat hari ke-50), maka warnanya ialah warna Paska, yakni putih (sama seperti 'Epifania' dan 'Kamis Putih’ sudah bersifat Paska sebelum Paska, mengingat relasinya dengan Baptisan, baik dari Yesus di Sungai Yordan maupun dari Israel di Laut Merah). Dalam Lukas 9: 31 dikatakan bahwa Musa dan Ella berbicara dengan Yesus tentang 'tujuan kepergian-Nya', dalam bahasa Yunani ekshodos atau exodus-Nya yakni 'Keluaran-Nya', Paska-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.

QUADRAGESIMA.

Kata Latin quadragesima berarti Van9 keempatpuluh'. Yaitu hari ke-40 sebelum Paska, yang juga disebut 'Rabu Abiv . Jika dihitung menurut jumlah hari antara Rabu Abu dan Paska, maka ternyata jumlah itu bukan 40, melainkan 46. Maka untuk mendapatkan angka 40 itu, jumlah 46 hari harus dikurangi dengan 6 Hari Minggu, karena setiap Hari Minggu tetap mengacu kepada Kebangkitan Kristus - dalam hal ini seperti enam oasis dalam padang gurun, di mana ada penyegaran untuk dapat melanjutkan perjalanan 40 hari menuju Paska. Simbolik angka 40 terdapat di mana-mana dalam Alkitab (umat Israel di padang gurun, Musa di atas gunung, Elia di jalan ke Horeb, puasa orang Ninewe, Yesus di padang belantara, dll).



RABU ABU.

Awal Masa 40 hari. Abu yang secara simbolik ditaruh di atas kepala atau dijadikan tempat tidur menunjukkan perendahan diri, intropeksi, perkabungan, perto-batan, pendekatan diri kepada Tuhan: manusia tidaklah lebih daripada debu di hadapan Allah (Kej. 18:27; 2 Sam. 13:19; Est. 4:1,3; Ayb. 2:8;42:6 Yes. 58;5, Yer. 6:26; Yeh. 27:30; Dan 9:3; Yun. 3:6). Dalam tradisi Protestan 'Masa 40 hari' dan 'Rabu Abu' pada umumnya kurang diindahkan, mungkin karena sikap segan terhadap bentuk dan simbolik, lagi pula untuk menghindari ekses-ekses yang dulu kala terjadi menjelang Masa 40 Hari itu sebagai kesempatan terakhir untuk berhura-hura ('karnaval'). Namun kombinasi Hari Minggu ke-50 sebelum Paska (7 Minggu) dengan Masa 40 Hari (6 Minggu) sangat dapat menolong jemaat untuk lebih memahami dan menghayati arti (Trihari) Paska!



INVOCABIT. Kata Latin Invocabit =

'Bila ia berseru' (Mzm. 91:15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-6 sebelum Paska.

REMINISCERE. Reminiscere =

'Ingatlah' (Mzm. 25:6), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari ke-5 sebelum Paska.

OCULI. Oculi =

"Mata (ku)' Mzm. 25:15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-4 sebelum Paska.

LAETARE. Laetare =

'Bersukacitalah' (Yes. 66:10), sesuai dengan antifon untuk Mazmur 122 sebagai Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-3 sebelum Paska.

JUDICA. Judica =

'Berilah Keadilan' (Mzm. 43:1), sesuai dengan antifon Mazmur Pem¬bukaan pada Hari Minggu ke-2 sebelum Paska. Hari Minggu ini juga sering disebut Hari Minggu Passio Pertama. Passio = sengsara.

PALMARUM.

berarti 'Hari Palma' (bnd. Yon. 12:13). Jika tematiknya tidak berhu-bungan dengan perjalanan Yesus Masuk Ke Yerusalem, Hari Minggu ini juga dapat disebut Hari Minggu Passio Kedua.

Warna umum untuk masa Prapaska adalah: Ungu. Namun lihat keterangan untuk Hari Minggu ke-7 (Quinguagesima). Lalu, sama seperti Hari Minggu Advent ke-3, Hari Minggu Laetere (ke-3 sebelum Paska) memakai warna merah muda (atau tetap ungu). Jika aksentuasi Hari Minggu terakhir sebelum Paska adalah Passio (sengsara), maka warnanya ungu: Jika aksentuasinya pada perjalanan Yesus masuk ke Yerusalem sebagai Raja, warnanya adalah merah (atau tetap ungu). Tidak ada keharusan dalam soal warna, namun warna dapat mengaktifkan imajinasi penghayatan!



TRIHARI PASKA.

Ketiga hari dari Paska Yesus: Jumat (termasuk malam sebelum-nya) Sabtu dan Minggu: Perjalanan melalui maut memasuki hidup, sejalan dengan perjalanan umat Israel melalui Laut Merah (Teberau) dan Sungai Yordan menuju ke Hidup di Tanah Perjanjian.





KAMIS PUTIH.

Seharusnya bukan Hari Kamis, melainkan malamnya hari Jumat Agung. Warnanya putih, karena pada malam hari itu Yesus merayakan Pesakh de¬ngan murid-muridnya.



JUMAT AGUNG.

Peringatan riwayat sengsara Yesus (Passio) sepanjang hari Warna: merah (atau tetap ungu; dulu: hitam). Warna merah menunjukkan martyria, yakni 'kesaksian' seorang martir yang dibunuh. Oleh karena itu warna merah dipakai untuk per-ingatan kematian Stefanus pada 26 Desember (ia disebut 'saksi', yakni 'martir' da¬lam Kis. 22:20), juga untuk peringatan 'Para Saksi Kudus' pada 1 November (banyak-nya 'martir' bagaikan awan sekeliling kita: Ibr. 11:1; bnd. why. 17:6) dan terutama untuk peringatan Sengsara dan Kematian Yesus pada Hari Jumat Agung ('Saksi yang setia': Why. 1:5;3: 14).



SABTU SUNYI.

Hari Ketujuh, Hari Sabat, Hari Perhentian, Hari Istirahat. Tubuh Yesus di dalam kubur. Warna: merah.



MALAM PASKA.

Sama seperti Jumat Agung mulai dengan malam sebelumnya ('Kamis Putih'), begitu juga Hari Minggu Paska mulai dengan malamnya (sesuai dengan perhitungan hari dulukala; lihat juga Kej. 1:5, 8, 13 dst.). Ada Gereja-gereja yang merayakannya semalam suntuk, antara lain dengan membaca bagian-bagian Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sehubungan dengan Paska serta pe-layanan Baptisan Kudus (menjelang subuh). Warna: mulai dari saat matahari terbenam: putih.



MINGGU PASKA.

Semua Hari Minggu sepanjang Tahun Liturgi mengacu kepada Hari Kebangkitan ini dan disebut 'Minggu', karena 'Minggu1 berarti Tuhan', yakni Tuhan yang bangkit pada Hari Akhad (Akhad, bahasa Arab, sama seperti Ekhad dalam bahasa Ibrani, berarti (Hari) Pertama: Kej. 1:5; Mat. 28:1; Mrk. 16:2; Luk. 24:1; Yoh. 20:1). Maka Hari Minggu adalah Hari Tuhan (Why. 1:10). Kata 'Minggu' itu berasal dari bahasa Portugis (Dominggu(s) dan Latin Dominus, yang berarti Tu(h)an' (sehingga juga pendeta dan seorang lulusan lain dari universitas dulu dipanggil domine, 'tuan'). Hari Minggu Paska (termasuk malamnya) hendaknya dirayakan sebagai hari peringat-an Gereja yang paling meriah. Warna: putih (sepanjang seluruh Masa Paska: 7x7 hari, jadi sampai Hari Pentakosta (warnanyamerar?).



QUASIMODO GENITI. Kata Latin Quasimodo geniti =

Sama seperti bayi-bayi yang baru lahir' (1 Ptr. 2:2): nama Hari Minggu pertama sesudah Paska (juga disebut Hari Minggu Paska II). Ayat ini dipakai sebagai antifon pada Mazmur Pembukaan sehu¬bungan dengan orang-orang yang baru dibaptis pada Malam Paska. Mungkin boleh dianjurkan untuk lebih menghayati makna Malam Paska itu dengan baptisan orang dewasa dan peneguhan sidi anggota-anggota baru pada malam itu juga!



MISERICORDIAS DOMINI. Misercordias Domini = '

Kasih Setia Tuhan' (Mzm. 89:2), dalam kombinasi dengan Mzm. 33:5), yakni kata pertama antifon Mazmur Pembukaan. Hari Minggu ini juga sering disebut Pastor Bonus (Gembala Yang Baik) yang sama seperti Quasimodo geniti dihubungkan dengan mereka yang baru di-baptiskan/diteguhkan sidi. Nama-nama ini diberi kepada Hari Minggu kedua sesudah Paska, yakni Hari Minggu Paska III.



JUBILATE. Jubilate =

'Bersorak-sorailah' (Mzm. 66:1), dari antifon Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Paska IV, Isi Mazmur 66 jelas mengacu kepada Paska.

CANTATE. Cantate =

'Nyanyikanlah' (Mzm. 98:1) dari antifon Mazmur Pembukaan un¬tuk Hari Minggu Paska V. Juga Mazmur 98 adalah Mazmur Paska.



ROGATE. Rogate =

'Mintalah1, Nama dari Hari Minggu Paska VI, kali ini bukan dari Mazmur Pembukaan, melainkan sehubungan dengan Doa untuk tumbuh-tumbuhan pertanian (cukup relevan!), juga sehubungan dengan 'panen rohani' yang ditandai oleh perayaan Pentakosta nanti.



EXAUDI. Exaudi =

'Dengarlah' (Mzm. 27:7) dari antifon Mazmur pembukaan. Paska VII. Ayat 10 dari Mazmur "yang sama, 'Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku', dapat dihubungkan dengan sabda Yesus dalam Yoh. 14:18), Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu', yaitu sesudah ke-bangkitan dan kenaikan-Nya.



PENTAKOSTA.

Kata Yunani Pentakosta berarti 'yang ke-50', yakni hari ke-50 sesudah Paska. Hari ke-50 itu adalah mahkota atas Masa Paska, sesuai dengan Ulangan 16:9-12. Yakni suatu pesta besar, pesta panen dan pesta kemerdekaan. Tidak kebetulan Yerusalem penuh orang pada hari ke-50 sesudah Yesus bangkit. Dan baru pada hari itu kebangkitan-Nya dipahami oleh para rasul sehingga mereka mendapat kekuatan dan keberanian untuk bersaksi (Kis 2:14,22-24, 32-33,36). Panen Paska adalah orang-orang yang menjadi percaya oleh kuasa Ron Kudus (Kis. 2:37-42). Warna: merah, warna api, warna keberanian untuk memberi kesaksian (martyria).



TRINITAS.

Kata Latin Trinitatis = (Hari Minggu) Trinitas. Perayaan Hari Minggu Trinita¬tis baru ditetapkan pada abad ke-14. Warna: putih. Ada yang menganjurkan mengha-pus nama hari Minggu ini dan langsung sesudah Pentakosta memasuki Masa Biasa dengan warna hijau, karena 'Trinitatis' ini mengesankan semacam 'penutupan' siklus perayaan gerejawi. Lagipula tidak diperlukan suatu Hari Minggu khusus untuk Trinitas: setiap Hari Minggu dirayakan dalam nama Allah Tritunggal.



Gereja Katolik Roma dewasa ini tidak memakai lagi istilah-istilah seperti di atas, yakni nama Hari Minggu Gaudete dan Rotare coeli dalam Masa Advent serta nama semua Hari Minggu dalam Masa Prapaska dan Masa Paska, dari Esto mihi atau Invocabit sampai dengan Exaudi.